Pohon Kemiri yang Memukau

12:36 PM

Pernahkah kamu melihat pohon kemiri?


Aku baru pertama kali melihat pohon kemiri, saat diperjalanan menuju Wae Rebo akhir tahun lalu.

Pohon kemiri langsung menyedot perhatianku karena warna daunnya yang sangat memukau. Warnanya hijau sage dan perak. Pohonnya tinggi menjulang dan rindang.

Pohon kemiri di belakang rumah warga.
Warna daunnya yang khas ini membuat kita mudah mengenalinya dari kejauhan. Di perbukitan kebun warga, kita bisa lihat daun hijau perak yang membedakannya dari pohon jenis lain.

Bahkan, warna daunnya yang khas ini juga menjadi asal muasal nama genus kemiri, yaitu Aleurites. Dalam bahasa Yunani, aleurites artinya bertepung. Seperti daunnya yang terlihat seperti daun hijau dilapisi tepung.

Pohon kemiri adalah pohon asli dari kawasan tropis Indo-Malaysia. Pohon ini telah dibudidayakan dan telah terdistribusi ke berbagai negara tropis di dunia seperti di Amerika (khususnya Hawaii), Porto Rico, Malagasy, Sri Lanka, India bagian selatan, Banglades, Brazil, dan lain-lain.


Dalam bahasa inggris, kemiri disebut juga candlenut. Nama ini berasal dari kebiasaan di masa lampau, yaitu membakar biji kemiri atau minyak hasil ekstraksi biji untuk membuat cahaya, seperti lilin.

Memang kulit biji (endosperm) kemiri itu mengandung 60% minyak. Biasanya biji kemiri dihancurkan hingga lembek, dicampur dengan kapuk, lalu diletakkan di ujung bambu atau kayu. Cara lainnya, bisa membalurkan buah kemiri ke buah jagung. Kabarnya dengan cara ini, api obor bisa kuat dipakai semalaman. Bagi suku Bugis, penggunaan kemiri untuk obor disebut sulo kanjoli, di Makassar disebut rrasa kanjoli, dan di Sumbawa disebut ilo.

Namun, bukan hanya biji atau minyaknya saja yang bisa dimanfaatkan. Hampir seluruh bagian dari pohon kemiri telah dimanfaatkan oleh berbagai suku di dunia.

Buat ku, aku mungkin pertama kali tau kemiri dari Bapak ku yang suka menggunakannya untuk memasak. Selain itu, saat masih duduk di bangku SMP, ibu ku mengajarkanku untuk menghaluskan dan menyaring minyak dari biji kemiri yang telah disangrai. Minyak kemiri sangat bagus untuk pertumbuhan rambut dan menghitamkan warna rambut. Sampai saat ini pun aku masih suka menggunakan minyak kemiri untuk rambutku. Walau kini aku beli yang sudah jadi saja, tidak bikin sendiri.


Di tempat lainnya, daun, buah, ataupun bunganya dapat dimanfaatkan untuk obat sakit perut, pusing, sakit kepala, asma, sakit kulit, diare, dan lain sebagainya. Ternyata, memang pohon kemiri memiliki kandungan anti bakteri, anti-inflamasi, cytotoxic (yang ini aku ngga tau artinya apa), dan lain-lain.

Pohonnya yang rindang juga sering dimanfaatkan untuk menandai batas properti atau kebun dan juga untuk penghias di taman-taman. Batang pohon juga cukup kuat untuk dijadikan pemecah/penahan angin.

Kerindangan pohon ini pun membuatnya dijadikan pohon peneduh untuk jenis-jenis pohon yang butuh teduhan, seperti kopi dan cokelat. Aku pun melihat ini di daerah NTT. Masyarakat menanam kemiri bersama dengan pohon cengkeh (yang juga tinggi) dan pohon kopi (yang pendek dan butuh teduhan). Bukan kah kopi flores termasuk kopi yang terkenal?

Pohon kemiri suka hidup di area yang mendapat banyak matahari langsung. Kemiri juga pohon yang toleran terhadap kekeringan serta di daerah yang miring. Cocok sekali tumbuh di daerah timur Indonesia ya!


Di bagian timur Indonesia, kemiri pernah digunakan sebagai salah satu jenis pohon untuk reforestasi atau penghutanan kembali lahan yang rusak. Pada sekitar tahun 1920-1930an, Belanda ikut mempopulerkan penanaman kebun kemiri untuk penanaman di lahan yang telah terbuka.

Di masa orde baru, pemerintah juga ikut mencanangkan program restorasi lahan melalui program 5k yaitu kapuk, kopi, kelapa, kakao, dan kemiri pada sekitar tahun 1970. Penanaman kemiri ini bukan hanya bertujuan untuk restorasi tetapi juga untuk kesejahteraan masyarakat.

Buat aku, perjumpaan ku dengan pohon kemiri ini menjadi salah satu momen yang paling ku ingat dari perjalanan ke Wae Rebo. Lansekap kebun hutan masyarakat dengan warna-warni hutan sungguh membuatku senang.

Terima kasih sudah mampir dan membaca artikel ini.


Diny


___

Referensi:
Koji, T., 2002. Kemiri (Aleurites moluccana) and forest resource management in eastern Indonesia: an eco-historical perspective. アジア・アフリカ地域研究, 2, pp.5-23.

Elevitch, C.R. and Manner, H.I., 2006. Aleurites moluccana (kukui). Traditional trees of Pacific Islands: their culture, environment and use Permanent Agriculture Resource, Holualoa, 41, p.56.
Vancouver

Hakim, A., Jamaluddin, J., Al Idrus, S.W., Jufri, A.W. and Ningsih, B.N.S., 2022. Ethnopharmacology, phytochemistry, and biological activity review of Aleurites moluccana. Journal of Applied Pharmaceutical Science, 12(4), pp.170-178.

Center for International Forestry Research (CIFOR) team. Energy from forests: Aleurites moluccanus, 2021. Available via https:// www.cifor.org/feature/energy-from-forests/aleurites-moluccanus/ (Accessed 3 Januari 2024).

You Might Also Like

0 comments

Subscribe