Pengalaman Pertama di Hutan Gambut

11:58 PM

Aku kan anak biologi ya, tapi aku selalu merasa pengetahuan ke-biologi-an ku terbatas. Misal, aku ngga pandai identifikasi jenis pohon mau pun hewan. Pengalaman penelitianku lebih banyak tentang interaksi antara pepohonan dan faktor lingkungannya.

Di pekerjaan aku sekarang, aku relatif jarang ke lapangan. Aku lebih banyak kerja di bidang perencanaan dan manajemen program. Aku pun makin jarang turun langsung ke hutan, karena sudah ada fasilitator lapangan.

Lantai hutan gambut.
Namunn, akhir tahun 2022 agak berbeda. Aku tiba-tiba dapat tugas untuk mendampingi peneliti ke hutan gambut. Aku tentu saja bergembira bisa bantu penelitian di hutan gambut. Aku belum pernah penelitian di hutan gambut, bahkan masuk ke hutan gambut saja belum pernah!

Hutan gambut adalah hutan yang terendam air, sehingga daun-daun mati dan patahan kayu pohon tidak benar-benar terdekomposisi. Lama kelamaan, proses ini membuat lapisan tebal yang disebut gambut.

Perjalanan menuju hutan gambut sangat menarik! Kami harus menggunakan perahu boat kecil menuju titik terdekat hutan. Di tepian hutan belantara, biasanya ada kanal-kanal yang harus dilewati. Tentu saja tidak ada jembatan beneran, adanya jembatan buatan dari pohon tumbang.

Aku sungguh grogi dan ketakutan dalam hati, takut jatuh ke sungai hehehehhehehehe. Kalau ada teman, aku minta tolong sambil pegangan temanku. Daripada langkah aku lelet banget habiskan waktu semua orang, lebih baik aku minta ditolong dipegangin aja biar langkahku lebih berani. hehehehhehe.

Jembatan menuju hutan
Sesudah melewati jembatan pohon, tantangan selanjutnya adalah jalur yang basah dan berlumpur. Ya namanya juga di gambut yaaa. Aku seperti biasanya, sudah siap pakai sepatu boot plastik. Siap menerjang genangan di gambut dengan penuh semangat!

Lanjut ke tantangan berikutnya yang ngga kepikiran sama aku, yaitu kedalaman genangan gambut ternyata tidak mudah ditebak.

Oke, bayangin ya. genangannya warna jingga kecokelatan. Kadang kita bisa lihat seperti daun-daun ada di dasar genangan air. Tetapi bisa saja ternyata daun berada di atas lumpur. Pas kaki injak, jeblos lah kaki ini ke lumpur basah. Hehehe

Kalau jalan di paling depan, menurutku mungkin lebih enak. Genangan masih tenang, masih agak jernih, masih bisa tebak mesti melangkah kemana. Kalau jalan di belakang-belakang ya banyak doa aja, soalnya genangan sudah keruh, bekas injakan orang pun sudah dalam belosok ke dalam lumpur.

Kalau beruntung, kita bisa injak akar pohon. Meski bisa aja akar pohon ini tiba-tiba patah atau licin. Pokoknya harus siap-siap aja kalau terperosok ke lumpur. Hahaha susah tapi seru!

Kantung semar di hutan gambut
Di hutan gambut kan lantai hutannya banyak genangan air. Hal ini membuat tanahnya minim unsur hara dan nutrisi untuk tumbuhan. Aku bisa sering menemukan tumbuhan kantung semar, yang memang jagoan tumbuh di tempat yang tidak banyak nutrisi.

Aku juga sering lihat anakan pohon bertebaran. Apalagi di dekat pohon induk, pohon yang produktif berbuah banyak, makin banyak anakan pohon.

Terus, aku tertarik sekali melihat komposisi pohon di hutan gambut. Banyak pohon-pohon kecilnya. Pohon besar pun banyak juga. Namun pada ukuran tertentu sepertinya pohon-pohon besar mudah tumbang di sini?

Aku lihat banyak sekali pohon tumbang. Mungkin karena tanahnya gambut, jadi akarnya kurang bisa mengikat di tanah. Mungkin juga pernah terjadi angin kencang hingga pohon besar pada tumbang.

Aku kurang tau kenapa. Yang jelas, pohon tumbang ini menjadi karpet merah untuk kami. Pohon tumbanglah yang memudahkan kami berjalan di hutan gambut. Tentu dong degdegan jalan ngga seimbang, tapi ini masih lebih mudah dibanding jalan di dataran tergenang.

Di sekitar pohon tumbang, aku bisa lihat makin banyak anakan pohon yang mudah tumbuh. Pohon tumbang membuat celah di antara tutupan pohon. Semacam jendela yang sedang terbuka, membuat cahaya matahari menembus hingga lantai hutan.

Pohon tumbang di tengah hutan gambut
Oiya, pengalaman paling goonggg nya lagi, terjadi saat aku mengambil data tumbuhan di hutan gambut.

Hutan tempat aku bantu penelitian ini kan di Sumatra, artinya hutan ini adalah rumahnya kucing besar harimau sumatra, beruang madu, banyak ular beraneka rupa, dan lain sebagainya. Pohon tumbang yang ku gunakan untuk melintas itu ya juga digunakan oleh mereka. Aku di sana hanyalah 'tamu'.

Tentu saja aku banyak berdoa sebelum penelitian dimulai dan berdoa sepanjang jalan. Semoga semua aman, sehat, dan bisa kembali pulang.

Untuk mengambil data, tim kami yang berjumlah 8 orang ini dibagi menjadi 2 tim. Satu tim isinya 4 orang. Aku bagian ukur diameter pohon. Sebagai pengukur diameter pohon, aku jalan paling depan. Jalan dari satu pohon ke pohon lainnya.

Hutan gambut yang banyak anakan pohonnya ini membuat kita punya jalur pandang yang terbatas. Pohon-pohon kecil tumbuh sangat rapat sehingga kadang kita tidak bisa lihat pandangan di depannya.

Saat menuju plot pertama hari itu, aku berjalan di atas pohon tumbang. Samar-samar aku mendengar suara seperti endusan hewan. Aku langsung menengok kawan ku yang lebih sering ke hutan ini. Dia ada di belakangku, di atas pohon tumbang dan sepertinya dia juga mendengar suara itu namun terlihat tenang saja.

Aku lanjut melangkah, lalu turun dari pohon tumbang itu untuk menuju pohon yang akan ku ukur.

Suara endusan kembali terdengar, tepat di balik padatan pepohonan kecil yang berjarak 10 meter di depan ku. Aku sempat berenti sebentar, menengok ke temanku, lalu lanjut melanjutkan 4 langkah ke depan. 

Tiba-tiba suara endusan hewan itu makin jelas dan terasa dekat. Temanku langsung bilang, mbak berenti mbak, balik

Bisa kebayang dong gimana degdegannya aku! Akhirnya aku jalan balik manjat ke pohon tumbang yang ku lewati tadi. Aku dan timku kembali ke titik tengah sambil degdegan. Kami berharap, kalau pun itu beneran hewan, semoga hewan itu ngga mengikuti kami. Ya kan.

Kami diam dulu sambil menenangkan diri di titik tengah plot, sekitar 50 meter dari titik tadi. Ngga lama kemudian, di titik yang tadi ada suara hewan itu, ada dahan jatuh. Pepohonan kecil terlihat bergerak, untungnya ke arah menjauh dari kami. Ya Allah, lega banget aku.

Saat itu, kami baru saja mulai pengambilan data dan untuk menuju titik tersebut, kami melalui jalan kaki sekitar 2 jam. Ngga mungkin kami pulang tanpa ambil data. Kami perlu lanjut.

Kami pun menenangkan diri. Setelah kami tenang, kami kembali melanjutkan ambil data. Aku dalam hati terus berdoa. Ku pikir, kalau niat kami baik dan bukan untuk rusak hutan, satwa liar juga mungkin bisa merasakannya.

Pengambilan data berjalan lancar. Aku pun melihat bekas cakar beruang. Ini pertama kali aku lihat cakar beruang di dalam hutan. Ada perasaan senang mengetahui kawan-kawan beruang punya tempat hidup yang masih hutan belantara.

Cakar beruang di pohon.
Kami selesai sekitar pukul 3 sore. Kami harus lekas pulang, agar tidak terlalu malam berada di hutan.

Selesai mengambil data, kami pulang menuju basecamp. Kami melewati semak-semak pakis yang tinggi nya lebih tinggi dari aku. Semak pakis yang tadi pagi terlihat segar berdiri tegak, kini terlihat seperti habis dipakai rebahan guling-gulingan. Hal ini menunjukkan ada satwa liar yang menggunakannya selepas kami lewati tadi pagi. 

Semak pakis setinggi aku.
Siapa yang bisa tau apakah satwa tersebut masih ada di antara semak atau sudah pergi ke tempat lain? Sebagai mitigasi, kami membuat suara-suara agar semisal satwanya masih ada, dia tau kami dimana. Aku cukup yakin, besar kemungkinan satwa liar di hutan ini tau keberadaan kami dan mungkin sempat cek apa yang sedang kami lakukan di pekarangan rumahnya.

Ku pikir, Tuhan masih melindungi kami semua. Kami selesai mengambil data dan semua sehat sampai di basecamp.

Perjalanan kali ini begitu membekas diingatanku. Melintasi sungai, lewat jembatan kayu tumbang, menemukan kantung semar, melewati genangan gambut, terjebak di lumpur, mendengar suara hewan, melihat bekas cakaran beruang. Sungguh hutan penuh kekayaan yang begitu memukau. Sumber ilmu yang sangat luas.

Aku sangat beruntung dan diberkahi Tuhan bisa mendapatkan pengalaman langka seperti ini. Ku berdoa, semoga hutan gambut yang penuh kompleksitas dan menjadi rumah bagi banyak sekali makhluk hidup ini bisa terus lestari.

Aku juga senang bisa selesai menuliskan pengalaman ini. Ku juga berharap, kalau suatu hari nanti aku lupa, aku bisa baca ulang tulisan ini dan tulisan ini menjadi kado untuk ku di masa depan.

Salam hangat,
Diny

You Might Also Like

0 comments

Subscribe